(Paska Gejolak 2014 –
2020: Budak Sudah Datang, Pecat Pegawaimu)
Di awal bulan Februari
2015, jajaran pemerintahan kebakaran jenggot karena ada advertensi vacuum
cleaner di Malaysia yang berbunyi:
Fire Your Indonesian
Maid Now!
Pecat pembantu Indonesia
mu Sekarang Juga!
Maksudnya mungkin, vacuum
cleaner yang ditawarkan bisa menggantikan pembantu. Dan advertensi
ini, menurut orang-orang di jajaran pemerintahan, menyinggung harga
diri bangsa.
Sepanjang sejarah,
posisi budak selalu ada dalam peradaban. Secara perlahan-lahan budak hilang
secara formal, tetapi secara fungsi masih ada. Mereka yang punya uang, akan
terus memerlukan layanan dan status dilayani. Para aktivis kiri, leftists,
sering memadankan posisi pembantu sebagai posisi budak. Pemadanan ini hanyalah
menunjukkan bahwa posisi pembantu (dan buruh kasar) tidak banyak mempunyai
posisi tawar (bargaining position). Jumlah manusia yang memiliki skill,
keterampilan seperti mereka sangat banyak, dan bisa dikatakan melebihi
permintaan. Secara sepintas pemilik skill semacam ini punya keterpaksaan untuk
bekerja dengan gaji minimal. Mereka terpaksa menelan tawaran gaji yang
diberikan oleh calom majikannya tanda banyak pilihan.
Ketiadaan pilihan ini
sebenarnya tidak boleh dianggap sebagai persyaratan cukup (sufficient
condition, ini jargon matematika dan ilmu logika) untuk mengkelasifikasikan
pembantu ke dalam golongan budak. Saya juga tidak saat ini tidak (mungkin
belum) punya pilihan lain kecuali bekerja untuk perusahaan tempat saya berkerja
sekarang. Dan saya tidak sendiri. Dengan harga minyak yang cenderung menurun
dari puncaknya di $145 pada 11-Juli-2008, perusahaan eksplorasi dan eksploitasi
semakin berhati-hati dalam rekruitmen. Apalagi sejak, kejatuhan yang dimulai
pada bulan Juni 2014 yang kemudian menembus level $50, pindah kerja dan
bargaining power pekerja semakin kecil. Yang saya inginkan sangat sederhana
yaitu 4 tahun kontrak dan tingkat gaji di level 2 tahun lalu serta dalam US
dollar. Jadi dengan terpaksa kita harus menelan apa yang ditawarkan, walaupun
tidak suka dan dengan ganjalan di hati.
Bagi yang berani, mereka
mencari tempat dimana mereka punya bargaining position yang
lebih baik, menjadi TKW/TKI di Malaysia, Singapura, Hongkong dan Timur-Tengah.
Ini tidak berlaku untuk saya dan teman-teman professional lainnya, karena
lowongan pekerjaan di sana sedang menyempit.
Gejolak dan goncangan
ekonomi, sering kali melahirkan kultur baru. Penyerapan kultur-kultur baru
adalah sebagai akibat dari proses alam, yang kadang-kadang disebut dengan
proses modernisasi. Penyerapan atau adopsi dari inovasi-inovasi yang ada akan
dipercepat dengan adanya krisis dan goncangan ekonomi. Inovasi-invovasi yang
sudah ada tetapi belum bisa diserap oleh budaya masyarakat akan diserap dan
menjadi standard menjadi umum. Gerakan
“Pecat pembantumu, budakmu telah
datang”
bukan mustahil akan
menjadi trend di masa yang tidak lama lagi. Teknologinya sudah diperkenalkan.
Bukan hanya pembantu yang terkena tetapi supir, tukang bangunan, dokter, dosen.
Dan mereka akan digantikan oleh budak-budak modern. Yang sudah terjadi adalah
pecat (sebagian) teller bank dan pramuniaga mu. Ini merupakan
bagian proses perjalanan alam yang tidak bisa dibendung.
Setahun yang lalu, saya
masih mempunyai 7 domestic helpers, yaitu 2 orang supir, 2 orang
pembantu wanita, 1 orang tukang kebun merangkap pembersih rumah, serta 2 orang
satpam. Sedangkan anggota keluarga hanya 4 orang yaitu saya istri dan seorang
anak serta seorang mertua. Saya memang sudah lama merencanakan mengurangi
budget pengeluaran. Dan untuk itu saya membeli rumah yang ukurannya lebih kecil
dengan halaman yang lebih luas atau sama, yaitu 1000 – 2000 meter persegi.
Penataan rumah di rencanakan sedemikian rupa sehingga pengeluaran bisa ditekan.
Berikut ini beberapa pokok perubahan:
- Pintu gerbang dan garasi elektronik, yang tidak memerlukan orang untuk membuka atau menutupnya ketika mobil masuk
- Dua (2) anjing doberman sebagai penjaga keamanan
- Lampu-lampu diganti dengan lampu LED yang pemakaian listriknya rendah. Lampu-lampu halaman dan yang ada di luar rumah, dipasangi sensor cahaya, yang akan menyalakan lampu ketika hari gelap dan mematikannya ketika hari terang secara otomatis.
- Rumput taman adalah rumput gajah-mini yang tidak perlu sering-sering dipotong, serta tanaman yang tidak perlu banyak perawatan
Sekarang domestic
helpers saya tinggal 2 orang saja. Keduanya adalah supir. Yang satu
bertugas mengantar saya ke kantor. Yang lain untuk di rumah dan merangkap
sebagai tukang bersih rumah serta halaman. Untuk yang terakhir ini orangnya
rajin dan tidak gengsi. Karena pekerjaannya banyak, maka gajinyapun lebih besar
dari pada rekan-rekannya. Sebenarnya saya masih perlu 1 pembantu lagi, tetapi
tidak terlalu essensial. Oleh sebab itu istri saya mencarinya dengan santai
saja.
Ada beberapa hal yang
masih dalam perencanaan, yaitu membeli robot vacuum cleaner,
sedangkan mesin cuci piring, mesin strika skala industri, serta beberapa mesin
lagi masih dalam fase evaluasi. Dengan anak 1 orang dan jarang makan di rumah,
istri jarang masak, maka justifikasi mesin cuci piring agak sulit. Catatan:
istri dan saya tidak makan malam, sedangkan makan siang dan sarapan tidak di
rumah. Sedangkan anak sarapan di mobil dan masih makan malam. Untuk strika baju
(pekerjaan yang menyebalkan), juga sulit membuat justifikasi karena kecilnya
volume baju yang harus distrika. Akan lebih ekonomis jika dikirimkan saja ke
laudry-kiloan.
Perubahan suasana yang
cukup besar seperti yang saya alami memerlukan kesiapan mental. Hal ini saya
lakukan secara bertahap. Pada akhirnya nanti, banyak pekerjaan di rumah akan
dilakukan oleh mesin dan robot.
Suatu hal yang positif
mengenai robot dan mesin adalah mereka tidak punya serikat buruh, tidak
menuntut kenaikan gaji, tidak mogok kerja, berkerja dengan persisi tinggi dan
aggresif (mengerjakan sesuatu dengan cepat tanpa mengenal bosan) cocok untuk
produksi dan pelayanan massal. Dan ini (robot-robot) akan menjadi pilihan di
masa datang. Beberapa applikasi saat ini dan dimasa lalu seakan menjadi prelude atau
pembukaan menuju masa datang.
Kalau pembantu sering
diassosiasikan dengan budak, maka robot adalah budak yang sesungguhnya. Secara
etimologi, kata robot berasal dari bahasa Ceko robotnik yang artinya budak.
Kata ini dipopulerkan oleh Karel Capek, melalui sandiwara teaternya tahun 1920
yang berjudul “R.U.R” – singkatan dari “Rossum’s Universal Robots”.
Adanya advertensi Fire
Your Indonesian Maid Now! Di Malaysia secara kebetulan bisa
membangkitkan pikiran EOWI kristalkan pemikiran-pemikiran untuk laman Paska
Gejolak 2014 - 2020 dan mewujudkan dalam bentuk tulisan dengan alur cerita yang
baik. Sebagai ekor dari gejolak ekonomi 2014 – 2020, pelaku bisnis akan mencari
jalan untuk menekan biaya dan melakukan berbagai effisiensi. Tidak hanya
kalangan manufakturing, tetapi juga kalangan rumah tangga dan konsumen akan
mengadopsi robot dan otomatisasi. Apa yang saya lakukan untuk mengurangi domestic
helpers dari 7 menjadi 3 orang adalah langkah awal. Insya Allah akan
ada beberapa seri tulisan yang bertema: Paska Gejolak 2014 – 2020:
Pecat, Pecat, dan Ganti dengan Budak
Pecat Para Teller Bank
(Tahun 1998 – 2000)
Dulu, tahun 1982, ketika
saya masih kuliah di Toronto, Canada, saya sudah menggunakan kartu ATM untuk
menarik uang atau mendeposit check. Tentu saja pada masa itu
ATM hanya ditempatkan di depan bank dan tidak betebaran dimana-mana karena
internet belum ada. Pada masa itu LAN (local area networks) sudah ada.
Kemungkinan ATM-ATM itu dihubungkan ke pusat pencatatan (database)
dengan LAN.
Ketika saya kembali ke
Indonesia di akhir tahun 1985, saya bekerja di sebuah perusahaan, gaji saya
masih dibagikan di dalam amplop coklat, setiap bulan. Kemudian sebagian saya
berikan ke istri dan sebagian saya simpan di laci lemari baju yang berkunci.
Pada saat itu, punya rekening bank di Indonesia masih belum membudaya.
Paling-paling hanya rekening tabungan yang ribet. Bagaimana tidak
dibilang ribet, kalau punya duit harus setor ke bank yang memakan waktu 60
menit termasuk menunggu antrian. Kalau perlu uang, maka harus ke bank lagi
untuk menarik uang. Terlalu banyak waktu yang habis untuk bolak-balik ke bank.
Hanya yang berbisnis saja yang diuntungkan oleh rekening giro dengan kemudahan
check sehingga tidak perlu bolak-balik ke bank untuk bertransaksi. Cukup dengan
menggunakan check saja.
Saya menggunakan bank
kembali ketika dipindah ke Singapore tahun 1988, karena gaji saya tidak
dibagikan di dalam amplop coklat, melainkan ditransfer ke rekening di bank.
Saya baru punya rekening
bank di Indonesia tahun 1992, ketika perusahaan tempat saya bekerja
memberlakukan pembagian gaji dengan transfer bank. Tetapi ATM masih belum ada.
Tahun 1997, saya pindah
ke Scotland, UK. Disana kartu ATM, debit card sudah membudaya.
Waktu itu bank saya adalah Westminster Bank. Awalnya saya agak gumun (Bhs.
Jawa yang artinya terkagum-kagum) dengan kartu yang berlaku tidak hanya di ATM
di depan bank tetapi dimana-mana itu. (Harap maklum, karena Internet di
Indonesia waktu itu masih baru). Debit card atau kartu ATM
yang dikeluarkan oleh bank-bank Inggris (UK), berlaku di semua tempat yang ada
jaringan ATMnya, dari mulai UK, Polandia, Prancis, Belanda, Turki,
Jordania,......sampai ke Saudi Arabia. Yang terakhir ini sering macet (waktu
itu). Walaupun saya punya kartu kredit dan traveller check, tetapi
jika sedang jalan-jalan ke negara-negara Eropa, Timur Jauh (Turki) dan Arab,
praktis kartu debit lah yang saya gunakan, karena tidak perlu menunjukkan
identitas diri (pasport).
Ketika saya kembali ke
Indonesia, tahun 2000, bank-bank yang berhasil lolos dari krismon, sudah mulai
mengadopsi budaya ATM.
Bisa dibayangkan
bagaimana lambatnya suatu masyarakat (Indonesia misalnya) untuk bisa mengadopsi
suatu teknologi. Untuk memulainya perlu adanya pemicu. Pada kasus ATM di
Indonesia, pemicunya adalah krisis moneter yang memaksa bank-bank untuk
mengurangi (baca: memecat) pegawainya sebagai bagian dari effisiensi. ATM
adalah robot, budak yang bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tidak ada
hari libur bagi budak bank ini. ATM loyal pada majikannya (tidak punya
keinginan pindah majikan), tidak pernah menuntut kenaikan gaji atau menuntut
uang pesangon ketika diPHK atau dipensiunkan. Mana ada teller bank
manusia yang mau bekerja seperti ATM. Tetapi bagi bank di Indonesia, perlu
waktu lebih dari 2 dekade (20 tahun) untuk menyadari hal ini.
Pemandangan di bank-bank
saat ini berbeda dengan saat 30 tahun lalu dan sebelumnya. Dulu, 30 tahun lalu
dan sebelumnya, bank selalu penuh antrian. Terlebih pada saat pergantian bulan,
saat gajian, dimana sebagian orang akan menyetorkan uang tabungannya, atau
mengambil uang untuk membayar gaji. Sekarang di dalam bank-bank jauh lebih
sepi. Tidak banyak loket-loket (counter) yang melayani nasabah. Tidak
banyak teller yang diperlukan. Saya ingat, tahun 1970an ketika
saya setiap bulan mengambil kiriman uang dari orang tua di bank Panin di jalan
Otista Bandung. Bank itu punya 25 loket pelayanan!!! Dan bagi saya perlu waktu
1 jam untuk mengambil uang. Saat ini, bank-bank seringnya sepi nasabah yang
melakukan transaksi. Mungkin ada kekecualian bagi BCA, yang antriannya hampir
selalu panjang. Sampai-sampai teman-teman saya memelesetkan akronim BCA menjadi
Bank Capek Antri. Entah kenapa, BCA tidak ikut “ATM Bersama”, sehingga
nasabahnya bisa menggunakan ATM bank-bank lain tanpa dikenakan biaya. Mungkin
hanya karena jajaran managemennya sombong.
ATM adalah hal yang
sederhana, robot yang merubah tata-kerja suatu bisnis. Dulu bank-bank
memerlukan banyak pegawai teller.Ketika management bank tersadarkan
akibat krisis moneter, mereka kemudian menggantikan pegawainya (teller)
dengan robot, mesin-budak yang bisa bekerja 24 sehari, 7 hari seminggu tanpa
mengenal lelah, tidak pernah mogok/protes, tidak pernah minta kenaikan gaji dan
tidak punya serikat buruh.
Sekian dulu, sampai
nanti di lain topik tentang pecat pegawaimu dan gantikan dengan mesin budak
alias robot. Pecat pramuniagamu, pecat perakit mobil, pecat pembantumu, pecat
supirmu, pecat pegawai delivery-mu, pecat jagalmu, pecat tukang
bangunanmu, pecat doktermu, pecat dosenmu......, pecat, pecat, pecat.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Read more: http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/#ixzz3R7rpyhav
Tidak ada komentar:
Posting Komentar