Senin, 16 Februari 2015

Pecat Pembantu Indonesia mu (Fire Your Indonesian Maid)





(Paska Gejolak 2014 – 2020: Budak Sudah Datang, Pecat Pegawaimu)

Di awal bulan Februari 2015, jajaran pemerintahan kebakaran jenggot karena ada advertensi vacuum cleaner di Malaysia yang berbunyi:
Fire Your Indonesian Maid Now!
Pecat pembantu Indonesia mu Sekarang Juga!
Maksudnya mungkin, vacuum cleaner yang ditawarkan bisa menggantikan pembantu. Dan advertensi ini, menurut orang-orang di  jajaran pemerintahan, menyinggung harga diri bangsa.
Sepanjang sejarah, posisi budak selalu ada dalam peradaban. Secara perlahan-lahan budak hilang secara formal, tetapi secara fungsi masih ada. Mereka yang punya uang, akan terus memerlukan layanan dan status dilayani. Para aktivis kiri, leftists, sering memadankan posisi pembantu sebagai posisi budak. Pemadanan ini hanyalah menunjukkan bahwa posisi pembantu (dan buruh kasar) tidak banyak mempunyai posisi tawar (bargaining position). Jumlah manusia yang memiliki skill, keterampilan seperti mereka sangat banyak, dan bisa dikatakan melebihi permintaan. Secara sepintas pemilik skill semacam ini punya keterpaksaan untuk bekerja dengan gaji minimal. Mereka terpaksa menelan tawaran gaji yang diberikan oleh calom majikannya tanda banyak pilihan.
Ketiadaan pilihan ini sebenarnya tidak boleh dianggap sebagai persyaratan cukup (sufficient condition, ini jargon matematika dan ilmu logika) untuk mengkelasifikasikan pembantu ke dalam golongan budak. Saya juga tidak saat ini tidak (mungkin belum) punya pilihan lain kecuali bekerja untuk perusahaan tempat saya berkerja sekarang. Dan saya tidak sendiri. Dengan harga minyak yang cenderung menurun dari puncaknya di $145 pada 11-Juli-2008, perusahaan eksplorasi dan eksploitasi semakin berhati-hati dalam rekruitmen. Apalagi sejak, kejatuhan yang dimulai pada bulan Juni 2014 yang kemudian menembus level $50, pindah kerja dan bargaining power pekerja semakin kecil. Yang saya inginkan sangat sederhana yaitu 4 tahun kontrak dan tingkat gaji di level 2 tahun lalu serta dalam US dollar. Jadi dengan terpaksa kita harus menelan apa yang ditawarkan, walaupun tidak suka dan dengan ganjalan di hati.
Bagi yang berani, mereka mencari tempat dimana mereka punya bargaining position yang lebih baik, menjadi TKW/TKI di Malaysia, Singapura, Hongkong dan Timur-Tengah. Ini tidak berlaku untuk saya dan teman-teman professional lainnya, karena lowongan pekerjaan di sana sedang menyempit.
Gejolak dan goncangan ekonomi, sering kali melahirkan kultur baru. Penyerapan kultur-kultur baru adalah sebagai akibat dari proses alam, yang kadang-kadang disebut dengan proses modernisasi. Penyerapan atau adopsi dari inovasi-inovasi yang ada akan dipercepat dengan adanya krisis dan goncangan ekonomi. Inovasi-invovasi yang sudah ada tetapi belum bisa diserap oleh budaya masyarakat akan diserap dan menjadi standard menjadi umum. Gerakan
“Pecat pembantumu, budakmu telah datang”
bukan mustahil akan menjadi trend di masa yang tidak lama lagi. Teknologinya sudah diperkenalkan. Bukan hanya pembantu yang terkena tetapi supir, tukang bangunan, dokter, dosen. Dan mereka akan digantikan oleh budak-budak modern. Yang sudah terjadi adalah pecat (sebagian) teller bank dan pramuniaga mu. Ini merupakan bagian proses perjalanan alam yang tidak bisa dibendung.
Setahun yang lalu, saya masih mempunyai 7 domestic helpers, yaitu 2 orang supir, 2 orang pembantu wanita, 1 orang tukang kebun merangkap pembersih rumah, serta 2 orang satpam. Sedangkan anggota keluarga hanya 4 orang yaitu saya istri dan seorang anak serta seorang mertua. Saya memang sudah lama merencanakan mengurangi budget pengeluaran. Dan untuk itu saya membeli rumah yang ukurannya lebih kecil dengan halaman yang lebih luas atau sama, yaitu 1000 – 2000 meter persegi. Penataan rumah di rencanakan sedemikian rupa sehingga pengeluaran bisa ditekan. Berikut ini beberapa pokok perubahan:
  1. Pintu gerbang dan garasi elektronik, yang tidak memerlukan orang untuk membuka atau menutupnya ketika mobil masuk
  2. Dua (2) anjing doberman sebagai penjaga keamanan
  3. Lampu-lampu diganti dengan lampu LED yang pemakaian listriknya rendah. Lampu-lampu halaman dan yang ada di luar rumah, dipasangi sensor cahaya, yang akan menyalakan lampu ketika hari gelap dan mematikannya ketika hari terang secara otomatis.
  4. Rumput taman adalah rumput gajah-mini yang tidak perlu sering-sering dipotong, serta tanaman yang tidak perlu banyak perawatan
Sekarang domestic helpers saya tinggal 2 orang saja. Keduanya adalah supir. Yang satu bertugas mengantar saya ke kantor. Yang lain untuk di rumah dan merangkap sebagai tukang bersih rumah serta halaman. Untuk yang terakhir ini orangnya rajin dan tidak gengsi. Karena pekerjaannya banyak, maka gajinyapun lebih besar dari pada rekan-rekannya. Sebenarnya saya masih perlu 1 pembantu lagi, tetapi tidak terlalu essensial. Oleh sebab itu istri saya mencarinya dengan santai saja.
Ada beberapa hal yang masih dalam perencanaan, yaitu membeli robot vacuum cleaner, sedangkan mesin cuci piring, mesin strika skala industri, serta beberapa mesin lagi masih dalam fase evaluasi. Dengan anak 1 orang dan jarang makan di rumah, istri jarang masak, maka justifikasi mesin cuci piring agak sulit. Catatan: istri dan saya tidak makan malam, sedangkan makan siang dan sarapan tidak di rumah. Sedangkan anak sarapan di mobil dan masih makan malam. Untuk strika baju (pekerjaan yang menyebalkan), juga sulit membuat justifikasi karena kecilnya volume baju yang harus distrika. Akan lebih ekonomis jika dikirimkan saja ke laudry-kiloan.
Perubahan suasana yang cukup besar seperti yang saya alami memerlukan kesiapan mental. Hal ini saya lakukan secara bertahap. Pada akhirnya nanti, banyak pekerjaan di rumah akan dilakukan oleh mesin dan robot.
Suatu hal yang positif mengenai robot dan mesin adalah mereka tidak punya serikat buruh, tidak menuntut kenaikan gaji, tidak mogok kerja, berkerja dengan persisi tinggi dan aggresif (mengerjakan sesuatu dengan cepat tanpa mengenal bosan) cocok untuk produksi dan pelayanan massal. Dan ini (robot-robot) akan menjadi pilihan di masa datang. Beberapa applikasi saat ini dan dimasa lalu seakan menjadi prelude atau pembukaan menuju masa datang.
Kalau pembantu sering diassosiasikan dengan budak, maka robot adalah budak yang sesungguhnya. Secara etimologi, kata robot berasal dari bahasa Ceko robotnik yang artinya budak. Kata ini dipopulerkan oleh Karel Capek, melalui sandiwara teaternya tahun 1920 yang berjudul “R.U.R” – singkatan dari “Rossum’s Universal Robots”.
Adanya advertensi Fire Your Indonesian Maid Now! Di Malaysia secara kebetulan bisa membangkitkan pikiran EOWI kristalkan pemikiran-pemikiran untuk laman Paska Gejolak 2014 - 2020 dan mewujudkan dalam bentuk tulisan dengan alur cerita yang baik. Sebagai ekor dari gejolak ekonomi 2014 – 2020, pelaku bisnis akan mencari jalan untuk menekan biaya dan melakukan berbagai effisiensi. Tidak hanya kalangan manufakturing, tetapi juga kalangan rumah tangga dan konsumen akan mengadopsi robot dan otomatisasi. Apa yang saya lakukan untuk mengurangi domestic helpers dari 7 menjadi 3 orang adalah langkah awal. Insya Allah akan ada beberapa seri tulisan yang bertema: Paska Gejolak 2014 – 2020: Pecat, Pecat, dan Ganti dengan Budak

Pecat  Para Teller Bank (Tahun 1998 – 2000)
Dulu, tahun 1982, ketika saya masih kuliah di Toronto, Canada, saya sudah menggunakan kartu ATM untuk menarik uang atau mendeposit check. Tentu saja pada masa itu ATM hanya ditempatkan di depan bank dan tidak betebaran dimana-mana karena internet belum ada. Pada masa itu LAN (local area networks) sudah ada. Kemungkinan ATM-ATM itu dihubungkan ke pusat pencatatan (database) dengan LAN.
Ketika saya kembali ke Indonesia di akhir tahun 1985, saya bekerja di sebuah perusahaan, gaji saya masih dibagikan di dalam amplop coklat, setiap bulan. Kemudian sebagian saya berikan ke istri dan sebagian saya simpan di laci lemari baju yang berkunci. Pada saat itu, punya rekening bank di Indonesia masih belum membudaya. Paling-paling hanya rekening tabungan yang ribet. Bagaimana tidak dibilang ribet, kalau punya duit harus setor ke bank yang memakan waktu 60 menit termasuk menunggu antrian. Kalau perlu uang, maka harus ke bank lagi untuk menarik uang. Terlalu banyak waktu yang habis untuk bolak-balik ke bank. Hanya yang berbisnis saja yang diuntungkan oleh rekening giro dengan kemudahan check sehingga tidak perlu bolak-balik ke bank untuk bertransaksi. Cukup dengan menggunakan check saja.
Saya menggunakan bank kembali ketika dipindah ke Singapore tahun 1988, karena gaji saya tidak dibagikan di dalam amplop coklat, melainkan ditransfer ke rekening di bank.
Saya baru punya rekening bank di Indonesia tahun 1992, ketika perusahaan tempat saya bekerja memberlakukan pembagian gaji dengan transfer bank. Tetapi ATM masih belum ada.
Tahun 1997, saya pindah ke Scotland, UK. Disana kartu ATM, debit card sudah membudaya. Waktu itu bank saya adalah Westminster Bank. Awalnya saya agak gumun (Bhs. Jawa yang artinya terkagum-kagum) dengan kartu yang berlaku tidak hanya di ATM di depan bank tetapi dimana-mana itu. (Harap maklum, karena Internet di Indonesia waktu itu masih baru). Debit card atau kartu ATM yang dikeluarkan oleh bank-bank Inggris (UK), berlaku di semua tempat yang ada jaringan ATMnya, dari mulai UK, Polandia, Prancis, Belanda, Turki, Jordania,......sampai ke Saudi Arabia. Yang terakhir ini sering macet (waktu itu). Walaupun saya punya kartu kredit dan traveller check, tetapi jika sedang jalan-jalan ke negara-negara Eropa, Timur Jauh (Turki) dan Arab, praktis kartu debit lah yang saya gunakan, karena tidak perlu menunjukkan identitas diri (pasport).
Ketika saya kembali ke Indonesia, tahun 2000, bank-bank yang berhasil lolos dari krismon, sudah mulai mengadopsi budaya ATM.  
Bisa dibayangkan bagaimana lambatnya suatu masyarakat (Indonesia misalnya) untuk bisa mengadopsi suatu teknologi. Untuk memulainya perlu adanya pemicu. Pada kasus ATM di Indonesia, pemicunya adalah krisis moneter yang memaksa bank-bank untuk mengurangi (baca: memecat) pegawainya sebagai bagian dari effisiensi. ATM adalah robot, budak yang bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tidak ada hari libur bagi budak bank ini. ATM loyal pada majikannya (tidak punya keinginan pindah majikan), tidak pernah menuntut kenaikan gaji atau menuntut uang pesangon ketika diPHK atau dipensiunkan. Mana ada teller bank manusia yang mau bekerja seperti ATM. Tetapi bagi bank di Indonesia, perlu waktu lebih dari 2 dekade (20 tahun) untuk menyadari hal ini.
Pemandangan di bank-bank saat ini berbeda dengan saat 30 tahun lalu dan sebelumnya. Dulu, 30 tahun lalu dan sebelumnya, bank selalu penuh antrian. Terlebih pada saat pergantian bulan, saat gajian, dimana sebagian orang akan menyetorkan uang tabungannya, atau mengambil uang untuk membayar gaji. Sekarang di dalam bank-bank jauh lebih sepi. Tidak banyak loket-loket (counter) yang melayani nasabah. Tidak banyak teller yang diperlukan. Saya ingat, tahun 1970an ketika saya setiap bulan mengambil kiriman uang dari orang tua di bank Panin di jalan Otista Bandung. Bank itu punya 25 loket pelayanan!!! Dan bagi saya perlu waktu 1 jam untuk mengambil uang. Saat ini, bank-bank seringnya sepi nasabah yang melakukan transaksi. Mungkin ada kekecualian bagi BCA, yang antriannya hampir selalu panjang. Sampai-sampai teman-teman saya memelesetkan akronim BCA menjadi Bank Capek Antri. Entah kenapa, BCA tidak ikut “ATM Bersama”, sehingga nasabahnya bisa menggunakan ATM bank-bank lain tanpa dikenakan biaya. Mungkin hanya karena jajaran managemennya sombong.
ATM adalah hal yang sederhana, robot yang merubah tata-kerja suatu bisnis. Dulu bank-bank memerlukan banyak pegawai teller.Ketika management bank tersadarkan akibat krisis moneter, mereka kemudian menggantikan pegawainya (teller) dengan robot, mesin-budak yang bisa bekerja 24 sehari, 7 hari seminggu tanpa mengenal lelah, tidak pernah mogok/protes, tidak pernah minta kenaikan gaji dan tidak punya serikat buruh.
Sekian dulu, sampai nanti di lain topik tentang pecat pegawaimu dan gantikan dengan mesin budak alias robot. Pecat pramuniagamu, pecat perakit mobil, pecat pembantumu, pecat supirmu, pecat pegawai delivery-mu, pecat jagalmu, pecat tukang bangunanmu, pecat doktermu, pecat dosenmu......, pecat, pecat, pecat.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Read more: 
http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/#ixzz3R7rpyhav

Tidak ada komentar:

Posting Komentar